Admin
UTC
0 kali dilihat
0 kali dibagikan
What’s decreasing in China?
Its populations.
Guys, kamu pasti udah tahu kalo China adalah negara dengan penduduk terbanyak di dunia dalam beberapa dekade terakhir. Nah tapiii sebenernya posisi itu udah digeser sama India tahun lalu, di mana kini negaranya Shah Rukh Khan itu jadi negara dengan populasi terbesar. Meanwhile, China yang emang sejak 20 tahun lalu memberlakukan aturan untuk menekan pertumbuhan jumlah warganya (dengan one child policy, misalnya) kini justru malah jadi pusing soal populasi ini.
HAH kenapa?
Soalnya udah dua tahun terakhir ini, Negeri Tirai Bambu tersebut mengalami depopulasi alias penyusutan jumlah penduduk. It sounds weird nggak sih, dari negara dengan jumlah populasi terbanyak di dunia eh berubah jadi negara yang ngalamin depopulasi.
Kok bisa sih? Tell me everything.
Sure. Jadi udah dua tahun ini nih China ngalamin depopulasi gara-gara jumlah kelahiran masyarakat di China yang makin sedikit. Badan statistik nasional China pada hari Rabu kemarin ngumumin kalo cuma ada 6,39 kelahiran per seribu orang di China pada tahun 2023 kemarin. Jumlahnya jelas menurun kalo dibandingin tahun sebelumnya yang ada di kisaran 6,77 kelahiran per seribu orang di China. Nggak cuma itu, angka kelahiran tahun 2023 kemarin juga dilaporkan jadi yang paling rendah sejak paham komunis ada di China pada tahun 1949.
Jadi penduduk China sekarang ada berapa nih?
Well, badan statistik nasional China di laporannya bilang kalo penduduk China di akhir tahun 2023 kemarin ini ada sekitar 1,4 milyar, guys. Jumlah ini ngalamin penurunan sebanyak 0,15 persen atau sekitar 2,08 juta penduduk dari tahun sebelumnya. Padahal di tahun 2022 tuh, jumlah penduduk China juga dilaporkan turun sampe 850 ribu orang lho. Penurunan jumlah penduduk di 2022 kemarin jadi yang pertama kali sejak tahun 1961 di mana pas itu China lagi ngalamin masa-masa kelaparan hebat.
Jangan-jangan ada hubungannya sama Covid-19 yah?
Iyesss bener banget. Hal ini dikonfirmasi sama ekonom China dari Macquarie Group yang bilang kalo penurunan tajam jumlah penduduk di China tuh sebabnya ya kebijakan lockdown yang diterapin China selama pandemi Covid-19. FYI aja nih, China baru literally mencabut kebijakan lockdown pada Desember 2022. Jadi ya segala keterbatasan pas Covid-19 kemarin bikin masyarakat di China susah buat menikah dan kurang minat buat punya anak.
I heard Jepang dan Korsel juga ngalamin depopulasi yah?
You heard it right. Jadi nggak cuma China aja yang mengalami penurunan angka kelahiran, negara tetangganya which is Jepang dan Korsel juga ngalamin hal yang sama. Angka kelahiran di Jepang ada di sekitar 6,3 anak per seribu orang, meanwhile Korsel sendiri ada di angka 4,9 anak per seribu orang. Khusus buat Korsel, angka kelahiran di sana tuh emang jadi angka kelahiran paling rendah di dunia, guys. Badan statistik nasional Korea bahkan juga memprediksi kalo nggak lama lagi negaranya bakal ngalamin depopulasi kayak yang terjadi di China sekarang.
How about in Japan?
Yah nggak jauh beda sama China dan Korsel, Negeri Sakura ini juga mengalami penurunan angka kelahiran selama tujuh tahun berturut-turut. Kalo hal ini terus berlanjut dan nggak ada upaya signifikan dari pemerintah Jepang untuk meningkatkan populasinya, maka jumlah penduduk Jepang di tahun 2100 diprediksi bakal sama dengan jumlah penduduknya pada tahun 1930, yang cuma ada 63 juta orang aja. Bedanya kalo di tahun 1930 jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas cuma 4,8 persen, di tahun 2100 besok jumlah penduduk Jepang yang berusia 65 tahun ke atas diprediksi bakal sampe 40 persen.
Emang depopulasi bisa berdampak apa sih?
Well, good question. Jadi sejak dua tahun terakhir China ngalamin depopulasi, ekonomi di China dilaporkan ngalamin sejumlah penurunan, guys. Mulai dari konsumsi masyarakat yang melemah, sampe penurunan harga properti hingga 9,6 persen pada tahun lalu. Padahal, sektor properti ini punya peran besar dengan menyumbang 30 persen Gross Domestic Product aka GDP China. Ketua Pusat Ekonomi dan Bisnis China di Conference Board bernama Alfredo Montufar-Helu juga bilang kalo nilai pertumbuhan GDP China di tahun ini bakal melambat sampe 4,1 persen gara-gara depopulasi ini.
I believe Chinese government said something about it.
Iyesss ada, guys. Sebenernya dari tahun lalu Presiden China, Xi Jinping juga udah aware sama problem ini dan agak-agak merayu masyarakat China buat tetep mau nikah dan punya anak gitu. Nggak cuma itu aja, pemerintah China sekarang ini juga udah bikin kebijakan baru buat ngepromosiin masyarakat China biar mau punya anak. Beberapa kebijakannya kayak keringanan pajak, cuti hamil yang dibikin lebih lama, sampe subsidi perumahan dibuat khusus untuk masyarakat China yang udah punya anak.
Got it. Anything else I should know?
Nah, data yang dirilis badan statistik nasional China nggak cuma soal depopulasi dan rendahnya angka kelahiran aja, guys. Mereka juga akhirnya merilis lagi data tingkat pengangguran bulanan remaja di China. Jadi di Desember kemarin, ada sekitar 14,9 persen remaja dengan rentang usia 16-24 tahun di China yang menganggur. Ini jadi rada kontroversial soalnya udah lima bulan ini China nggak merilis data ini. Kalo kamu inget, pas itu China nggak mau lagi rilis data pengangguran remaja setelah berulang kali memecahkan rekor tertinggi pengangguran remaja sekitar 21 persen. Badan statistik nasional China berdalih perlu ada peningkatan metodologi dan mengumumkan bahwa pihaknya nggak akan ngumumin data tingkat pengangguran bulanan remaja di China untuk sementara waktu.