Bullying di PPDS

Catch Me Up!
UTC
8 kali dilihat
0 kali dibagikan

Here's your updates on: Bullying di PPDS.....

Trigger warning: This content might be too gruesome to consume this early morning. Come back later or proceed with cautions! 

Bear with us karena kita masih bakalan membahas kasus bullying yang terjadi di Program Pendidikan Dokter Spesialis aka PPDS, khususnya di Universitas Diponegoro. Setelah berbagai investigasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan beberapa waktu terakhir, akhirnya terungkaplah berbagai fakta baru. Fakta baru ini termasuk bukan cuma bullying yang terjadi di sana. Tapi juga pelecehan seksual. Kayak, “Gila kejam banget lo semua! Kejam! Sakit jiwa!”


HAH??? 

Well, in case you need some background, here. Jadi kamu tahu ya beberapa waktu lalu heboh banget dokter PPDS Anestesi di Universitas Diponegoro, Semarang, tewas dan diduga bunuh diri, pada 14 Agustus. Dokter Aulia Risma Lestari namanya. Dia diduga bunuh diri karena mengalami perlakuan bullying dari senior-seniornya, gengs. Dugaan bullying ini yang terus diinvestigasi oleh Kementerian Kesehatan RI. Adapun hasil investigasinya sejauh ini mencatat bahwa emang ditemukan bukti-bukti bullying yang dialami Dokter Risma. Buktinya jelas ada voice note dari Dokter Risma-nya sendiri ke (alm) ayahnya, terus ada rekaman wawancara, sampai mutasi rekening. Bukti ini udah diserahkan ke Polda Jawa Tengah btw, supaya bisa ditindak lanjut sama polisi.


Hold on. Mutasi rekening? 

Iya, mutasi rekening. Disampaikan langsung oleh Jubir Kemenkes, Mohammad Syahril, ternyata Dokter Aulia ini sering dipalakin sama senior-seniornya, guys. Dari Dokter Aulia-nya masih semester satu bahkan. Sejak Juli 2022 lalu. Nggak tanggung-tanggung, Pak Syahril bilang itu senior-senior malakin bisa sampe Rp40 juta sebulannya, guys! Duitnya buat apa? Yang pasti bukan buat kebutuhan akademik ya. Tapi yaa buat kebutuhan si senior-senior itu. Ngegaji OB bahkan tetap minta ke Dokter Aulia.


Pada mau cari gelar spesialis apa cari cosplay samsak sih...

Iya gila kan. Udah kejam ini itungannya, guys. But wait until you hear about: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, bullying ‘mendewakan senior’ di lingkungan PPDS UNDIP ini udah berjalan FOR YEARS. Udah puluhan tahun! Dan tetap nggak ada jalan keluarnya sampai detik ini. Kalau alibinya untuk membentuk mental, Pak BGS bilang ini udah too much banget. Karena nggak cuma bullying yang kita omongin di sini, Pak BGS bahkan bilang ada pelecehan seksual!


ANAK MANA ITU SENIORNYA KASIH TAHU GUE SEKARANG! 

Emang jijik banget kalau dokter mental pem-bully gini ygy. Kayak, dokter sama pasien jatohnya sama-sama sakit gitu loh :(((. Another bitter truth-nya lagi adalah: Diketahui ada lebih dari 1.500 laporan yang masuk yang ngomongin soal bullying di PPDS. Ada dari UNDIP, dari USU, Dari Unsri, UI, dll. Semua masuk investigasi cenah. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi menyebut: dari 1.500++ laporan yang masuk, setengahnya dikategorikan sebagai real kasus bullying. Terus setengahnya lagi, 200-an kasus, itu terjadi di rumah sakit vertikal Kemenkes, alias yang berada di bawah naungan Kemenkes. Gila nggak tuh?


Gila! Terus Kemenkes diem aja? 

Ya enggak dong. Secara tadi Pak BGS juga stance-nya kuat kan melawan segala bentuk bullying di PPDS. In that sense, masih dari keterangan Bu Nadia, Bu Nadia bilang pihaknya bakal memberikan sanksi bagi siapa aja yang terbukti bersalah jadi pelaku bullying PPDS. Sanksinya ya macem-macem. Mulai dari teguran, penurunan pangkat, penundaan kenaikan pangkat, dll. Yang paling parah, izin praktik mereka sebagai dokter bisa dicabut, kata Bu Nadia.


HMMM…

Lebih jauh, Bu Nadia juga jelasin sanksi buat dokter-dokter pelaku bullying tuh gini: Kalau dia ASN, Paling parah bakal dikeluarkan dari ASN-nya. Terus kalau dia dokter kontrak, bakal dicabut kontraknya. Terus kalau dia masih sekolah nih, kayak masih senior PPDS, ya bakal dikembalikan ke FK masing-masing supaya diproses sama pihak kampus. Sama pihak kampus bisa macem-macem lagi tuh sanksinya. Kayak diskors atau nggak boleh praktik di rumah sakit tertentu punyanya Kemenkes. Yang paling parah, ya itu tadi. Dicabut SIP/STR-nya. Nggak bisa praktik lagi sebagai dokter.


This is such an irony, sih. Anything else?

Well, ya emang ironi sih, gengs. Kayak, kamu tahu kan dari jaman kapan Kementerian Kesehatan tuh selalu ngomong Indonesia ini kekurangan dokter. Sampe mau datangin dokter dari luar negeri bahkan. Eh sekalinya ada dokter, calon dokter spesialis bahkan (which sangat kita butuhkan), ya pem-bully juga sampe bikin anak orang kehilangan nyawanya.

Sehat-sehat rakyat Indonesia.

© 2024 Catch Me Up!. All Rights Reserved.