Brigadir RA Tewas Bunuh Diri

Admin
UTC
2 kali dilihat
0 kali dibagikan

First stop, let’s get you the whole 360º updates on Brigadir RA…

Trigger warning: This content contains suicide. All the information below is not intended to inspire anyone to take similar actions. Proceed with cautions!
 
I am ready. Tell me. 
Jadi Kamis kemaren, seorang anggota Polresta Manado, Sulawesi Utara atas nama Brigadir Ridhal Ali Tomi ditemukan tewas tak bernyawa di dalam mobil Alphard yang terparkir di depan sebuah rumah di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Berbagai teka teki pun muncul dari sini. Apalagi kalau kata polisi, Brigadir ini tewas karena diduga bunuh diri. Jadi mengapa? Bagaimana?
 
Coba jelasin pelan-pelan…
Gini gini. Kasus tewasnya Brigadir Ridhal Ali ini (Let’s call him Brigadir RA from now on, ya) mulai terungkap atas laporan warga yang mobilnya eventually ditabrak sama sebuah Alphard hitam di daerah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Kamis lalu. Literally ditabrak dari depan gitu lo. Nah karena kaget, dicek lah nih ada apa, dicek juga lewat kaca ada siapa di dalam Alphard itu. Adapun yang mereka temukan adalah seorang laki-laki yang udah dalam keadaan nggak bernyawa. Akhirnya peristiwa ini dilaporkan ke polisi. Laki-laki tersebut kemudian teridentifikasi merupakan anggota Satlantas Polresta Manado, Brigadir RA. Dari sini, Polres Metro Jakarta Selatan pun mulai melakukan pemeriksaan.
 
Tell me what they found out so far…
Polres Metro Jakarta Selatan kan akhirnya melakukan olah TKP ya. Mereka juga ngecek berbagai CCTV yang ada di sekitar TKP. Dari rekaman CCTV yang ditemukan, kronologinya kayak gini nih: Mobil Alphard hitam itu berhenti di depan sebuah rumah. Ramean gitu yang lain udah pada turun menyisakan Brigadir RA sendiri di dalam mobil. Nggak turun-turun tuh dia. Setelah beberapa saat, Brigadir RA diduga menembakkan peluru ke arah pelipisnya pake senjata api jenis HS dengan kaliber 9 milimeter.
 
Kok bisa ada dugaan begitu??? 
Soalnya, dari olah TKP yang dilakukan, disampaikan oleh Kasat Reskrim Polres Metro Jaksel AKBP Bintoro, terdapat luka di bagian pelipis kanan terus tembus sampai ke pelipis kiri akibat tembakan senjata api. Saking kencengnya, tembakannya bahkan sampe kena ke atap mobil. Selain itu, polisi juga udah memeriksa sejumlah saksi kan, ada total 13 saksi yang diperiksa. Kesimpulannya, Kombes Ade Rahmat Idnal selaku Kapolres Metro Jakarta Selatan mengkonfirmasi “Satu, saya clear-kan. Itu bukan pembunuhan. Itu bunuh diri.”
 
……
Sampai berita ini ditulis, masih belum diketahui motif bunuh dirinya tuh apa. Kalau kata Kombes Ade sih itu masalah pribadi ya. Makanya, untuk mengetahui motif ini lebih lanjut, pihaknya masih terus melanjutkan pemeriksaan. Salah satunya, Pusat Laboratorium Forensik Polri disebut lagi memeriksa isi handphone-nya Brigadir RA. Harapannya, segala potongan puzzle yang masih tercecer dalam kasus ini bisa segera ditemukan, guys. Kayak, kenapa Brigadir RA bisa sampe Jakarta, apa hubungannya Brigadir RA dengan pemilik rumah yang halamannya jadi TKP itu, senjata yang dipake dapat dari mana, dll.
 
Gimme all the details….
You got it. Banyak yang menilai bahwa terlalu banyak kejanggalan dalam kasus ini.  Hal ini yang kemudian juga jadi perhatian Komisi Kepolisian Nasional Indonesia aka Kompolnas. Ketua harian mereka, Benny Mamoto yang membeberkan sejumlah kejanggalannya. Kita bahas satu-satu yah.
 
I am reading…..
Pertama, soal kenapa Brigadir RA bisa sampe Jakarta. Padahal, Brigadir RA ini kan tugasnya di Satlantas Polresta Manado. Menjawab hal ini, istri korban, Mbak Novita namanya, bilang suaminya itu emang ditugaskan ke Jakarta sejak 2022 lalu buat mengawal salah satu pejabat Polri, guys. Hal ini ofc jadi pertanyaan bagi Kompolnas. “Legality-nya mana?” Secara kalau ditugaskan begitu, pasti ada surat perintahnya kan. Nah ada nggak tuh suratnya? Siapa yang memerintah? Hal ini dinilai penting dalam rangka pemeriksaan, guys.
 
And the answer is…
Jeng jeng…. Let’s hear it from Polresta Manado deh ya. Dalam keterangannya kemarin, Kasi Humas Polresta Manado, Ipda Agus Haryono confirmed Brigadir RA nggak pergi ke Jakarta dalam rangka tugas, tapi cuti aja. Iya, in his words, Ipda Agus menyebut, “Memang mengajukan kami seperti itu tetapi sebelum kejadian ini beliau menyurat kami izin untuk mengunjungi kerabatnya (di Jakarta),” katanya gitu.

 
Kerabat?? Siapa??
Now, everybody meet: Indra Pratama. Mas Indra ini diketahui merupakan pemilik rumah di Mampang Prapatan yang halamannya jadi TKP, guys. Pertanyaannya sekarang, ada hubungan apa nih Mas Indra sama Brigadir RA? Well, dikonfrimasi kemaren, Mas Indra sih bilangnya doi cuma temen aja sama korban, guys. Emang udah beberapa kali main ke situ. Kali ini juga gitu, silaturahmi aja lebaran. Brigadir RA bahkan disebut udah nginep di situ kurang lebih semingguan ini. Tapi ya udah, that’s it. Mas Indra bilang jangan asumsi macem-macem dulu, katanya.
 
T-tapi…..
T-tapi tetep aja, kejanggalan demi kejanggalan kasus ini masih belum terpecahkan. Yep, balik lagi ke keterangan Kompolnas, selain meng-highlight masalah penugasan, Benny Mamoto juga mention masalah senjata api jenis HS kaliber 9 mm yang digunakan Brigadir RA. “Legalitasnya mana?” Kayak, surat izin buat pake itu senjata ada atau enggak? Itu senjata terdaftar di satuan mana?” Yang begini-begini tuh nggak boleh ke-skip kalau menurut Pak Benny, guys.
 
Speaking of senjata….
Yang harus kamu tahu adalah, dari kesaksian para tetangga di sekitar rumahnya Mas Indra, mereka nggak ada denger tuh ada bunyi tembakan di hari itu. Iya, logikanya kan kalau ada tembakan senjata api nih, letupannya pasti menggelegar terdengar ke sekitar TKP dong. Tapi ini enggak, guys. Hal ini kemudian jadi pertanyaan, “Gimana Brigadir RA nembakin senjatanya diem-diem begitu?”
 
Makanya ada pemeriksaan kan…..
Right. ngomong-ngomong pemeriksaan nih, kamu harus tahu bahwa pihak keluarga menolak melakukan autopsi terhadap jasad Brigadir RA. Jadi kan pihak keluarga udah mendarat dari Manado di Jakarta sejak Sabtu kemaren ya. Selain ngecek keadaan jenazah, pihak keluarga juga udah ketemu tuh sama pihak kepolisian. Nah di situ polisi nunjukkin semua fakta dan data yang ada. Clean and clear nggak ada yang ditutupin, ceunah…
 
Okay…..
Termasuk rekaman CCTV dan keterangan dokter forensik RS Polri. Adapun dari keterangan dokter forensik yang bertugas, namanya Dokter Asri Pralebda, nggak ditemukan tanda kekerasan apapun di tubuh korban selain luka tembak itu. DNA pada senjata yang dipake kemaren juga cocok sama DNA-nya Brigadir RA. Legit cuma DNA dia, nggak ada DNA orang lain lagi. Jadi, setelah ditunjukin semuanya, pihak keluarga be like, “Udah, cukup. Kami terima, nggak perlu ada autopsi lagi,” gitu.
 
Jadi case closed tuh?
Ya kalo untuk autopsinya iya. Jadi, pemeriksaan tubuh korban cukup sampai di visum et repertum aja, alias pemeriksaan luar tanpa autopsi. Jadi ya gitu, jenazah Brigadir RA kemaren udah diserahkan ke pihak keluarga dan langsung diterbangkan ke Manado, Sulawesi Utara. Akhir kata, setelah dilakukan pemeriksaan, Polres Metro Jakarta Selatan akhirnya menyimpulkan kasus ini resmi bunuh diri. Kasusnya pun ditutup dan selesai.
 
🙁 
Pedih banget. Istrinya, Mbak Novita  bahkan sampai sekarang nggak percaya Brigadir RA sampai bunuh diri. Well, dari keterangannya kemaren, Mbak Novita emang bilang Brigadir RA pernah cerita dia nggak nyaman lagi sama pekerjaannya di sini. Tapi tetap, Mbak Novita nggak expect kalo suaminya beneran bunuh diri. “Hah? Bunuh diri? Tembak diri? Enggak mungkin,” katanya gitu. Apalagi Mbak Novita kenal betul karakternya Brigadir RA. That’s all we know.
 
Got it. Now, wrap it up…
Nah ngeliat kasus ini, kamu deja vu sama satu hal nggak? Yep, it’s none other than… Kasus kematiannya Brigadir Yosua Hutabarat oleh Ferdy Sambo dan antek-anteknya. Ya iya, sama-sama polisi, terus melibatkan senjata api pula. Tapi yang harus disorot di sini adalah, kematian anggota polisi secara nggak wajar tuh nggak sekali dua kali doang kejadian.
HMMM…Iya. Mei 2023 lalu, Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur, AKBP Buddy Towoliu juga tewas tertabrak kereta di Stasiun Jatinegara. Terus di September 2023, Ajudan Pribadi Kapolda Kalimantan Utara, namanya Brigpol Setyo Herlambang juga tewas di kamar mandi rumah dinas sang Kapolda. Karenanya, ngeliat kasus ini, ngga heran banyak warga, pengamat dan kriminolog yang sus dan meminta supaya kasus ini dibuka seterang-terangnya di mana kudu ada scientific investigation di dalamnya. Tujuannya, ya biar kasus-kasus begini nggak menimbulkan asumsi liar di masyarakat, gengs.

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.