Now, let's talk about the intolerance in Tangerang Selatan.
Orang lagi ibadah malah digeruduk warga.
Sedih emang. Udah 2024, intoleransi yang menyebabkan bentrokan warga masih aja terjadi di negeri ini. Iya, orang ibadah pake segala digerebek bahkan sampai berakhir dengan penganiayaan. Yep, ini yang dialami mahasiswa di Babakan Setu, Tangerang Selatan, hari Minggu kemaren waktu mereka lagi ibadah Doa Rosario.
WHAT? Gimana ceritanya?
Jadi gini, guys. Hari Minggu kemaren, ada sebanyak 15 orang mahasiswa Universitas Pamulang lagi kumpul melakukan ibadah Doa Rosario di satu kontrakan di daerah Babakan Setu, Tangsel. Ibadahnya udah mau selesai pada saat itu, tapi tiba-tiba aja ada Pak RT datang suruh mereka bubar. Dari pengakuan mahasiswanya, itu RT ngomong keras banget, bahkan pake kata-kata kasar, “Kalau ibadah jangan di sini, di gereja sana!” gitu kan. Rame banget sampai warga lain juga ikutan datang, terus yang sekadar lewat pake motor juga ikutan berhenti. Kebayang dong serame apa keadaannya?
Kebayang. Lanjut….
The thing is, warga yang datang ini bawa-bawa senjata tajam, guys. Kayak diancam gitu untuk mengintimidasi para mahasiswa ini. Pokoknya supaya bubar lah. Tapi ya mahasiswanya nggak mau dong. Nah karena menurut warga mereka ini ngeyel, satu warga berinisial I bahkan sampe ngedorong seorang mahasiswa sebanyak dua kali. In that sense, karena udah nggak kondusif lagi keadaannya, polisi kemudian turun tangan deh.
Go on…
Nah udah tuh kan, polisi datang, dan langsung melakukan penyelidikan. Adapun sejauh ini, Polres Tangerang Selatan udah menetapkan empat orang tersangka, guys. Jadi, dari si Pak RT berinsial D, terus yang bawa-bawa senjata tajam berinisial S dan A, sampai yang ngedorong mahasiswa tadi semua udah ditetapkan sebagai tersangka. Kapolres Tangsel, AKBP Ibnu Bagus Santoso, menyebut keempat tersangka ini dijerat Pasal 2 ayat 1 UU Darurat RI No 12 Tahun 1951 juncto Pasal 170 KUHP terkait Pengeroyokan juncto Pasal 351 KUHP ayat 1 tentang penganiayaan juncto Pasal 335 KUHP ayat 1 tentang pemaksaan disertai ancaman kekerasan atau perbuatan kekerasan juncto Pasal 55 KUHP ayat, dengan ancaman lima tahun enam bulan penjara.
HMMM….
In their defense, warga yang coba membubarkan kelompok mahasiswa ini awalnya bilang ngerasa nggak nyaman karena kontrakan itu emang sering bikin gaduh katanya. Yep, dari pengakuan warga, mereka sebenarnya nggak pernah mempermasalahkan apalagi ngelarang orang mau ibadah agama apapun juga. Cuma ya itu, kumpul-kumpulnya itu lo. “Kegiatannya berlebihan,” katanya. Warga setempat juga bilang itu mahasiswa udah berkali-kali ditegur juga nggak digubris.
Terus gimana dong tuh?
That being said, Kantor Kementerian Agama Tangerang Selatan akhirnya ikut andil dan speak up, guys. Yep, pihak Kemenag Tangsel tuh kemaren udah coba bantu mediasi Senin kemaren di mana semua pihak dikumpulin dan hasilnya… mereka udah damai, guys. Yep, to conclude it all, Kasubag TU Kemenag Tangsel, Asep Azis Masser, menyebut bahwa para pihak yang terlibat udah damai dan sekarang hidup berdampingan lagi. Lebih jauh, Pak Asep bilang ibadah Doa Rosario tuh kegiatan yang baik ya, cuma emang ada hal-hal yang lain yang harus diperhatikan. Kayak, pemilihan jamnya, suara diatur sedemikian rupa, sedekat apa lokasi kegiatan sama pemukiman warga sekitar, warga sekitar agamanya apa. “Jadi tenggang rasa lah ini, etika sosialnya diperhatikan,” cenah.
…
We know what you’re thinking. Kejadian ini kemudian diperparah sama video yang direkam di TKP berujung viral di mana framing-nya warga tuh bersikap intoleran gitu di sini. Makanya, menanggapi hal ini, Ditjen HAM Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Dhahana Putra bilangnya hak ibadah semua orang tuh dijamin oleh konstitusi, guys. Kalau ada yang salah paham, harusnya bisa diselesaikan dengan dialog yang mengedepankan semangat toleransi dan Hak Asasi Manusia.
Couldn’t agree more.
Lebih jauh soal toleransi, dalam hal ini Dirjen HAM juga nge-highlight soal kebebasan beragama. Emang nggak mudah kasih pemahaman ke masyarakat soal toleransi dan kebebasan beragama ini, guys. Makanya sekarang pihak Kemenkumham udah collab sama berbagai stakeholders buat diseminasi HAM yang approach-nya martabat manusia. Jadi kehidupan berbangsa dan bernegara kita juga bisa lebih baik. Harapannya sih gitu.
Got it. Now wrap it up…
Intinya gitu sih, guys. Ya namanya kita masyarakat Indonesia, sukunya banyak, agama yang dianut banyak, maka emang perlu banget tuh yang namanya sikap toleransi. Biar apa, biar seluruh masyarakat Indonesia bisa terus harmonis no matter what their religions are. Harmonisasi ini juga yang terus ditekankan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Gus Yaqut sendiri ngaku ini emang tugas berat, guys. So, in that sense, Gus Qaqut menyebut tugas berat itu dilakukan dengan cara “memberikan layanan yang adil, transparan dan akuntabel kepada seluruh umat beragama. Selain itu, kita juga memiliki tugas untuk membangun karakter bangsa melalui pendidikan keagamanaan."