Admin
UTC
1 kali dilihat
0 kali dibagikan
When agrarian conflict occurs again…
Now on Pulau Rempang, Batam.
Yep lagi-lagi bentrok antara masyarakat adat dan pemerintah kembali terjadi, guys. Kali ini bentrokan terjadi antara masyarakat adat Rempang yang mendiami Pulau Rempang, Batam dengan Badan Pengusahaan (BP) Batam. Bentrok ini tuh dipicu rencana pembangunan Rempang Eco City di pulau Rempang yang mau nggak mau menggusur masyarakat adat di sana. Setelah Kamis kemarin bentrok antara masyarakat adat Rempang dan aparat gabungan terjadi di dalam Pulau Rempang, Senin kemarin kericuhan kembali terjadi pada saat aksi unjuk rasa dilakukan masyarakat adat Melayu Kepulauan Riau di depan kantor BP Batam.
Hold on I need some background.
Sure. Kalian pasti pernah denger soal Proyek Strategis Nasional aka PSN, rite? Yep PSN ini tuh semacam proyek pembangunan infrastruktur gitu buat ningkatin pertumbuhan ekonomi sampai pemerataan pembangunan di daerah. Nah, salah satu agenda PSN ini tuh adalah pembangunan Pulau Rempang menjadi Rempang Eco City yang punya kawasan industri, perdagangan, sampai wisata yang terintegrasi. Lewat proyek ini, diharapkan Indonesia bisa meningkatkan daya saing dengan Singapura dan Malaysia.
Ok terus…
Nah terus, pemerintah pusat kemudian menjalin kerja sama dengan BP Batam dan PT Makmur Elok Graha untuk menjalankan proyek ini. Nggak tanggung-tanggung, nilai investasi dari pengembangan Pulau Rempang mencapai Rp381 triliun. Dengan nilai investasi segitu, pemerintah berharap akan ada sekitar 306.000 tenaga kerja yang diserap dari pengembangan Kawasan Rempang Eco City ini, guys. Selain itu, proyek ini juga diharapkan bisa kasih spillover effect buat Kota Batam serta kabupaten lain di Provinsi Kepri.
So, kenapa masyarakat Rempang menolak?
One of the reasons adalah karena mereka ngga mau digusur, guys. Proyek Rempang Eco City ini tuh berada di Kelurahan Sembulang dan Rempang Cate. Bentrokan awal terjadi Kamis kemarin ketika aparat gabungan memaksa masuk kampung adat Rempang untuk pemasangan patok tapal batas. Masyarakat Rempang yang menolak kedatangan mereka kemudian memblokir akses masuk dengan menebang pohon dan meletakan blok-blok kontainer. Bentrok akhirnya nggak terhindarkan setelah lemparan batu warga bersambut gas air mata oleh aparat. Parahnya, gas air mata ini sebagian malah mengarah ke area sekolah dan menyebabkan belasan siswa pingsan.
Gas air mata lagi?
Lagi-lagi iya, guys. Jumat kemarin, Kabid Humas Polda Kepri, Zahwani Arsyad membenarkan kejadian itu. Katanya sih gas air mata yang digunakan untuk mengendalikan kericuhan justru ketiup angin dan masuk ke area sekolah. Sejumlah guru dan siswa yang terkena gas air mata juga udah mendapatkan perawatan medis di RSUD Embung Fatimah. Total ada satu guru SMP dan sepuluh siswa SMP yang jadi korban gas air mata hari itu.
Bisa-bisanya lho ketiup angin.
<divIyesss kayak dejavu soal apa gitu ygy? Tapi yha nyatanya beberapa pelajar yang jadi korban nggak meredam konflik agraria ini. Soalnya bentrok kembali terjadi lagi Senin kemarin pada saat aksi unjuk rasa masyarakat adat Melayu Kepri berlangsung di depan kantor BP Batam. Sejumlah aparat keamanan dilaporkan mengalami luka-luka dan beberapa fasilitas di kantor BP Batam juga rusak imbas kericuhan ini. Sekitar 43 pengunjuk rasa diamankan dalam peristiwa ini
So, is there a way out?
We hope so. But sampai sekarang sih kedua pihak masih sama-sama tegas dengan pendiriannya. Dari BP Batam sendiri masih keukeuh tuh ingin menjalankan mandat dari pemerintah. Selasa kemarin, lewat Kepala Biro Humas, Promosi, dan Protokol BP Batam Ariastuty Sirait, disebutkan bahwa pihaknya bakal tetap melakukan relokasi masyarakat Rempang ke hunian sementara selagi menunggu pembangunan hunian tetap selesai. On the other hand, koalisi masyarakat sipil di Pulau Rumpang terus menolak pembangunan Rumpang Eco City. Nggak segan mereka juga meminta Presiden Jokowi untuk mencopot Kapolda Riau, Kapolres Barelang, sampai komando pangkalan TNI AL Batam.
I believe Pak Jokowi said something for this.
Got it. Anything else I should know?
I believe Pak Jokowi said something for this.
Ofc ada. Kemarin banget nih, Pak Jokowi menyebut ada komunikasi yang kurang baik dalam persoalan pengosongan lahan di Pulau Rempang. Kata beliau sih keributan yang terjadi di sana nggak seharusnya terjadi kalau masyarakat diajak ngobrol dan diberi solusi soal proyek Rumpang Eco City ini. Pak Jokowi juga bilang tuh kalau sebenarnya udah ada kesepakatan di mana masyarakat akan diberi lahan 500 meter plus rumah tipe 45. Tapi yha gitu, Pak Jokowi sih menduga hal ini nggak dikomunikasikan dengan baik.
Got it. Anything else I should know?
Yep, dugaan Pak Jokowi soal buruknya komunikasi yang terjalin memang benar dirasakan masyarakat Rempang, guys. Lewat Ketua Kekerabatan Masyarakat Adat Tempatan Rempang dan Gelang bernama Gerisan Ahmad, disebutkan bahwa pihaknya sih sebenernya nggak menolak pembangunan Rumpang Eco City. Mereka tuh cuma menolak aja nih direlokasi. Soalnya masyarakat Rempang udah tinggal di sana sejak 1834. Selama itu, negara dirasa nggak pernah hadir untuk masyarakat Rempang, meskipun pengajuan legalitas tanah udah diajukan. Makanya mereka shock banget pas mau direlokasi.