Admin
UTC
1 kali dilihat
0 kali dibagikan
When flood is still being the issue…
Di berbagai wilayah Indonesia.
Di tengah mayoritas masyarakat Indonesia lagi jalanin ibadah puasa di bulan Ramadan, banjir masih terus aja jadi isu yang concerning di negeri ini. Yep, kita lagi ngomongin soal bencana banjir yang masih terus terjadi di berbagai wilayah Indonesia dalam beberapa pekan ini. Berbagai faktor mulai dari intensitas hujan tinggi, jebolnya tanggul penahan air, sampe deforestasi disebut jadi penyebab terjadinya banjir.
Tell me everything.
You got it. So, we gonna start from Semarang, Jawa Tengah di mana sejak Rabu kemarin, Ibukota Provinsi Jawa Tengah ini dikepung banjir di beberapa titik. Hujan yang terus turun dari siang sampe malem nonstop disinyalir jadi faktor lumpuhnya sepuluh titik di kota Semarang akibat banjir. Meskipun sekarang kondisinya udah mulai surut, tapi banjir di Semarang kemarin sempet berdampak ke 59 perjalanan kereta api dengan ribuan tiket yang terpaksa dibatalkan.
Ok, terus-terus…
Nah nggak cuma Semarang doang nih yang di pekan kemarin sempet heboh banjir di beberapa titik. Wilayah tetangga Semarang, which is Kabupaten Demak, Jawa Tengah juga mengalami banjir sejak Rabu kemarin. Kepala Pelaksana BPBD Demak, Agus Nugroho dalam keterangannya Sabtu kemarin bilang bahwa ada empat tanggul yang jebol di wilayah Demak dan berimbas ke banjir yang merendam 72 desa yang ada di sepuluh kecamatan. Makanya, sekitar lebih dari empat ribu dari masyarakat Demak memilih mengungsi ke tempat-tempat yang lebih tinggi.
Bukannya Demak bulan lalu juga baru banjir yah?
Iya lho. Jadi baru sekitar sebulan yang lalu tuh banjir juga merendam lokasi ini selama sepekan lebih. Pas itu, banjir yang melanda udah memutus jalur Pantura Demak-Kudus sampe bikin pelaksanaan pemilu di sana tertunda dan mau nggak mau nyelenggarain pemilu susulan, guys. So, bayangin aja gimana rasanya jadi masyarakat Kecamatan Karanganyar, Demak yang selama dua bulan ini dihantam bencana banjir pas dua event penting, yakni Pemilu dan Ramadan.
Ih kasihan :((
Banget, guys. Apalagi di bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di Sumbar belakangan ini sampe merenggut 30 korban jiwa di dua kabupaten yang berbeda. Meskipun banyak pihak yang bilang banjir dan longsor terjadi karena intensitas hujan yang meningkat, tapi pastinya ada juga faktor utama karena deforestasi alias penggundulan hutan yang makin meluas di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Sumbar. Soalnya dari laporan LSM Walhi Sumbar, ada sekitar 50 hektare lahan yang diindikasikan sebagai penebangan liar dari Agustus sampe Oktober 2023 kemarin.
Astaga banyak banget.
Yha memang begitu adanya, guys. Hal ini disampein langsung sama Direktur Eksekutif Walhi Sumbar, Wengki Purwanto yang bilang kalo penebangan liar di kawasan TNKS udah berlangsung dari 2018 atau seiring dengan munculnya banjir di wilayah Sumbar. Padahal masyarakat setempat ternyata juga udah ngelaporin adanya praktik deforestasi ini. Cuma ya gitu, pihak Walhi justru menilai praktik ilegal ini bisa terus berlangsung karena ngelibatin orang-orang pemda dan aparat hukum. In his words, Pak Wengki ada bilang gini, “Memang ini melibatkan backingan oknum-oknum tertentu, termasuk menggunakan dokumen aspal untuk mengelabui pemerintah dan aparat.”
So, what has the government done in this case?
Sepanjang 2023 kemarin sih, Pemprov Sumbar udah menindak beberapa pelaku deforestasi sampe ke meja hijau, guys. Kayak yang terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan di mana ada empat pelaku yang diputus bersalah, di Kabupaten Solok Selatan ada dua kasus, serta terakhir di Kabupaten Dharmasraya dengan dua kasus. Lebih lanjut Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Yozarwardi dalam keterangannya bilang gini, “Jadi upaya ada preventif dan represif. Seperti sosialisasi, pasang plang, dan mendatangi lokasi-lokasi yang rawan itu. Ketika mereka tidak mau dilarang ya kami melakukan penegakan hukum.”
Kalo yang soal banjir gimana?
Nah kalo yang banjir, mulai dari kemarin Sabtu sampe Rabu besok tuh BNPB berencana pake operasi modifikasi cuaca buat ngurangin intensitas hujan gitu, guys. Hal ini sesuai dengan statement Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari pada Sabtu kemarin yang bilang kalo wilayah sasaran modifikasi cuaca ini bakal meliputi kawasan Pantura Bagian Tengah termasuk Kabupaten Grobogan dan sekitarnya. “Operasi modifikasi cuaca dilakukan dengan cara penyemaian garam (natrium klorida/NaCl) menggunakan pesawat ke gumpalan awan di langit wilayah sasaran,” gitu kata Pak Abdul.
Alrite. Anything else I should know?
Well, cuaca buruk yang belakangan ini terus terjadi di berbagai wilayah Indonesia ini merupakan dampak dari bibit Siklon Tropis yang lagi ada di selatan Jawa dan Laut Timor-Tenggara, NTT. Kata BMKG, bibit siklon ini udah berdampak signifikan ke peningkatan kecepatan angin mencapai 35 knot serta peningkatan tinggi gelombang di beberapa perairan Indonesia. Apalagi fenomena Super New Moon alias Bulan Baru yang bersamaan dengan fase Perigee atau jarak terdekat bulan dengan bumi bikin peningkatan ketinggian pasang air laut berada pada level maksimum. Tapi yaaah beyond everything, climate crisis tentunya jadi penyebab utama kondisi cuaca ekstrim yang bikin berbagai bencana alam tadi terjadi.
So, better safe than sorry!