First, let’s get you up to speed on: Banjir dan tanah longsor di Sumbar
Yang menewaskan lebih dari 40 orang.
Yep, berita sedih dari Sumatra Barat yang over the weekend kemarin dilanda banjir bandang dan tanah longsor. Adapun bencana alam ini terjadi di sekitar kawasan Gunung Marapi dan berdampak parah ke kabupaten-kabupaten yang ada di sekitarnya. Dari kejadian ini, so far ada 41 orang dilaporkan meninggal dunia dengan belasan orang masih dinyatakan hilang.
:( tell me everything.
Sure. Jadi sejak Sabtu kemarin tuh, cuaca ekstrem berupa hujan deras melanda kawasan Gunung Marapi yang ada di Sumbar, guys. Pas itu, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di atas 150/200 mm menyebabkan terjadinya banjir bandang lahar dingin di sekitar Gunung Marapi. Sungai-sungai yang berhulu dari lereng Gunung Marapi membawa debit air yang begitu besar serta bermacam material vulkanik kayak pasir, batu, dan kerikil.
WHAT? Lahar dingin??
Iyesss. Dari keterangan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada hari Minggu kemarin, disebutin bahwa banjir lahar dingin ini terjadi karena endapan material hasil erupsi Gunung Marapi yang berhasil disapu sama lebatnya intensitas hujan. Jadi perlu diketahui bahwa banjir lahar dingin ini bukan disebabkan sama erupsinya Gunung Marapi, ygy. Melainkan ya karena akumulasi air hujan yang terlalu besar dan akhirnya mampu menjebol endapan material erupsi Gunung Marapi yang ada di lereng-lereng gunung tersebut.
Geeez...
Nah nggak perlu waktu lama buat banjir lahar dingin yang semula cuma berada di aliran sungai-sungai sekitar Gunung Marapi meluap ke pemukiman penduduk. Derasnya arus banjir sampe bikin beberapa rumah dan mobil ikut terbawa arus, guys. Selain itu, derasnya intensitas hujan dan kencangnya arus banjir juga berdampak ke tanah longsor yang terjadi di beberapa wilayah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana aka BNPB pada Senin kemarin mengkonfirmasi adanya 41 korban jiwa dengan 17 orang lainnya masih dinyatakan hilang akibat bencana ini.
Banyak banget :((
Iya :(. So far banjir bandang dan tanah longsor ini berdampak paling parah ke empat kabupaten di Sumbar yakni kabupaten Agam, Tanah Datar, Tanah Panjang, dan Padang Pariaman. Di sana, banyak akses jalan yang terputus, rumah-rumah rusak tersapu banjir, sampe ratusan warga perlu dievakuasi. Di kabupaten Agam sendiri, ada sekitar 159 warga yang terpaksa mengungsi, meanwhile di kabupaten Tanah datar ada sedikitnya 84 keluarga yang terdampak banjir.
How did the government react?
Nah sejak hari Minggu kemarin, Pemkab Agam udah menetapkan masa tanggap darurat banjir selama 14 hari ke depan, guys. Jadi selama masa tanggap darurat ini, Pemkab Agam bakal memfokuskan upaya pencarian dan evakuasi korban. Hal ini juga include pada perbaikan rumah dan lahan pertanian buat para warga yang terdampak. Pemerintah juga tengah mengerahkan sejumlah alat berat buat membantu membersihkan lumpur sekaligus melakukan pengerukan sungai sebagai upaya normalisasi aliran sungai.
Thats's it?
Engga kok. Nggak cuma pemkab aja yang ngerespons banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di Sumbar nih, guys. Soalnya belum lama ini, Pusat Krisis Kesehatan (Puskris) Kemenkes juga udah prepare buat membantu para penyintas banjir di sana. Hal ini disampein langsung sama Analis Penanggulangan Krisis Kesehatan Puskris, Albert Nomeri yang siap buat menggerakan tenaga cadangan kesehatan dan memfasilitasi para pengungsi yang ada. In his words, Pak Albert bilang, “Seluruh sumber daya manusia yang ada di sini akan kita maksimalkan untuk menangani dan membantu penyintas banjir."
Anything else I should know?
Dari hasil analisa cuaca yang dilakukan BMKG, hujan dengan intensitas sedang hingga berat masih berpotensi buat terus terjadi di Sumbar hingga lebih dari sepekan ke depan, guys. Oleh karena itu, Ibu Dwikorita pada hari Minggu kemarin ada ngasih rekomendasi nih buat pemerintah untuk segera ngelakuin teknologi modifikasi cuaca lewat penamburan NaCL alias garam ke langit Sumbar. Kata Ibu Dwikorita, upaya ini tuh bisa efektif buat mengendalikan potensi awan penghujan gitu.