When the climate crisis's getting extreme...
Now on massive floods in Afghanistan.
Yep. At this point, dampak dari krisis iklim bener-bener udah dirasakan hampir di seluruh penjuru dunia ygy. Yang dingin jadi anget (kayak di Eropa), yang anget kayak kita jadi super panas, dan yang biasanya cuacanya B aja, kita udah ngga ada lagi yang B. Antara panas jadi panas banget, atau dingin jadi dingin banget, atau hujan yang curah hujannya jadiiii banyak banget. Kayak yang baru aja terjadi di Afghanistan, di mana curah hujan besar yang terjadi terus menerus menyebabkan banjir bandang yang menewaskan hingga 300 orang.
Whaaaat?
Beneran guys. Hal ini diperparah dengan kepemimpinan Taliban yang mengambil alih negara tersebut di tahun 2021 setelah Afghanistan ditinggalkan gitu aja sama Amerika Serikat. Anywayyyy this matters karena sejak Taliban memimpin, banyak bantuan internasional yang jadi cabs dari sana. Padahal setelah berada dalam kondisi perang puluhan tahun, lebih dari setengahnya warga Afghanistan tuh tergantung banget sama foreign aids. Termasuk juga ketika bencana alam ini terjadi, upaya rescue jadi sangat terbatas.
Tell me more.
Well, for starter, kamu harus tahu bahwa menurut laporannya World Food Program, emang dalam beberapa pekan terakhir tuh Afghanistan lagi sering banget diguyur hujan yang deras hingga menyebabkan banjir bandang di sejumlah provinsi yakni Provinsi Badakhshan, Ghor, Baghlan, dan Herat. Di sana, banjir bandang udah merusak sekitar dua ribu rumah dan membuat 600 ribu masyarakat Afghanistan hidup di kamp pengungsian. Masih menurut WFP, provinsi yang terdampak paling parah adalah Baghlan, di mana rumah yang rusak mencapai seribu, dan jalanan juga lumpuh.
Banyak banget :(
Memang, guys. Hal ini jadi berat banget, karena banyak area yang udah gagal panen karena sebelumnya juga area tersebut mengalami gelombang panas. Di tambah banjir ini, jadi banyak ternak dan tumbuhan yang hanyut dan rusak terbawa air. Makanya selain sangat beresiko terkena penyakit, para pengungsi juga beresiko mengalami kelaparan karena bahan makanan yang sangat terbatas.
Hiks :(
FYI, sebagian besar pengungsi yang terdampak sama kondisi ini tuh anak-anak. Dari data yang dihimpun UNICEF, ada sekitar 50 anak-anak yang meninggal dunia akibat banjir bandang ini. Terus dari sekitar 600 ribu masyarakat Afghanistan yang terdampak banjir, lebih dari setengahnya tuh masih anak-anak. Menurut Direktur Yayasan Save The Children bernama Arshad Malik, nasib anak-anak ini kasian banget, karena banyak dari mereka yang kehilangan segalanya, termasuk anggota keluarga dan tempat tinggal. So kata Arshad, Afghanistan dinilai jadi negara yang paling nggak siap buat ngadepin climate change dan bener-bener butuh bantuan dari komunitas internasional.
So.. has the government done something?
Well, Sabtu kemarin, Jubir Taliban bernama Zabihullah Mujahid lewat platform X udah menyampaikan duka citanya atas ratusan korban jiwa atas banjir bandang yang terjadi. In his words: “The deluge has wrought extensive devastation upon residential properties, resulting in significant financial losses.” Terus pemerintah Taliban di Afghanistan juga dilaporkan udah mengumumkan keadaan darurat di daerah-daerah yang terdampak banjir bandang ini dan mereka juga update terus jumlah korban tewas di social medianya.
Itu doang?
Yha nggak dong. Soalnya dari Sabtu kemarin, Angkatan Udara Afghanistan melaporkan bahwa pihaknya udah melakukan evakuasi buat para korban yang terjebak di tengah banjir bandang. Lebih dari 100 orang yang terluka akibat bencana ini juga udah mereka pindahkan ke rumah sakit. Terus Kementerian Pertahanan Afghanistan juga ikut mendistribusikan berbagai bantuan kayak makanan dan obat-obatan ke para korban yang terputus aksesnya karena banjir.
Any statements from the UN?
Yep ada nih. Jadi laporan begitu banyaknya korban jiwa atas banjir bandang yang terjadi di Afghanistan ikut direspon sama Sekjen PBB, Antonio Guterres. Kata beliau, PBB sekarang ini udah bekerja sama dengan otoritas lokal, dalam hal ini kelompok Taliban, untuk dapat ikut mendistribusikan bantuan kemanusiaan buat para korban. Kata Guterres, pihak PBB begitu berduka cita dan menyampaikan bentuk solidaritasnya atas banjir bandang yang terjadi di sana.
Alrite, now wrap it up pls.
Kayak yang udah disebutkan di atas, kehidupan warga Afghanistan semenjak dipimpin Taliban jadi makin berat banget. Hal ini karena kebijakan Taliban yang diskriminatif bahkan cenderung represif, di antaranya terhadap perempuan. Misalnya, mereka melarang perempuan lokal/asing buat kerja di NGO atau lembaga bantuan yang beroperasi di negaranya. Akibatnya, banyak lembaga bantuan yang keberatan dan end up angkat kaki dari Afghanistan. Padahal kamu tahu, Afghanistan merupakan salah satu negara paling miskin dan paling terdampak oleh climate crisis, sehingga mereka bener-bener butuh bantuan dari komunitas internasional.