Admin
UTC
0 kali dilihat
0 kali dibagikan
When climate crisis makes dangerous diseases …
Causing more than 1.000 deaths in Bangladesh.
Climate crisis is real and now getting worse. Lha gimana nggak, gara-gara climate crisis nih, Bangladesh tengah mengalami wabah demam berdarah terburuk yang pernah ada. Soalnya sepanjang tahun ini, udah lebih dari seribu orang meninggal dunia di sana akibat demam berdarah. Peningkatan suhu akibat climate crisis yang sekarang sedang terjadi disinyalir jadi penyebab utama wabah ini terjadi.
OMG, tell me everything.
Sure. As we all know, climate crisis yang sekarang lagi terjadi tuh udah berdampak ke banyak hal. Mulai dari mencairnya es di kutub sampai munculnya wabah penyakit mematikan kayak yang sekarang ini terjadi di Bangladesh. Nah ternyata guys, sejak Januari kemarin, udah ada 1.017 orang yang dilaporkan meninggal dunia karena tertular penyakit demam berdarah. Korban sebanyak ini juga udah termasuk 100 anak-anak yang turut menjadi korban serta lebih dari 208.000 orang yang ikut terinfeksi.
Banyak banget :((
Iya, guys. Jumlah korban meninggal akibat demam berdarah tahun ini juga meningkat hampir empat kali lipatnya dari tahun kemarin. Bayangin aja, tahun lalu, kematian akibat demam berdarah di Bangladesh mencapai 281 orang. Angka ini masih lebih sedikit dibanding jumlah kematian demam berdarah September tahun ini yang mencapai 396 kematian. Jumlah ini jelas udah terlalu membebani sistem layanan kesehatan yang sampai kekurangan tempat tidur dan staf rumah sakit.
Astaga…
Padahal nih di masa lalu, penyakit demam berdarah tuh cuma ditemui di kota-kota besar dengan penduduk yang padat macam ibu kota Dhaka yang diisi 20 juta penduduk. Eh, kok sekarang penyakit ini mulai menginfeksi dengan cepat ke tiap distrik di negara itu, bahkan sampai masuk ke area pedesaan juga? Lebih lanjut, laporan dari World Health Organization aka WHO juga bilang kalau tiap tahunnya, ada sekitar 100 – 400 juta orang di dunia yang terinfeksi demam berdarah.
What happened?
Well, salah satu faktornya yha climate crisis itu tadi. Soalnya nih, biasanya infeksi demam berdarah tuh mencapai puncaknya pada musim hujan antara bulan Juli – September di Bangladesh. Tapi tahun ini, peningkatan kasus demam berdarah malah terjadi jauh lebih awal pada akhir April kemarin. Jadinya hampir sepanjang tahun tuh terjadi musim hujan yang berkepanjangan, suhu yang relatif hangat serta curah hujan yang nggak teratur. Perpaduan berbagai ketidakpastian iklim inilah yang membuat nyamuk makin nyaman untuk berkembangbiak, hence bikin nyamuk Aedes aegypti makin banyak menginfeksi manusia.
:((
Apalagi nih, kita tahu sendiri kan masih ada kurang lebih tiga bulan sebelum tahun ini berakhir. Dari situ, muncul banyak kekhawatiran wabah demam berdarah masih akan meluas lagi ke bulan-bulan yang lebih dingin seperti pada bulan Oktober dan November. Makanya, para ahli kesehatan di Bangladesh terus menyerukan ke pemerintah supaya penanggulangan penyakit ini jadi fokus utama. Hal ini termasuk pada tindakan pencegahan, deteksi dini, serta akses terhadap layanan yang memadai.
Anyone said something about this?
Ofc ada. September kemarin, dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mendukung sepenuhnya upaya pemerintah Bangladesh untuk menanggulangi krisis kesehatan akibat demam berdarah ini. WHO berjanji bakal ikut memperkuat pengawasan, kapasitas laboratorium, manajemen klinis, pengendalian vektor, komunikasi risiko, sampai ke dalam keterlibatan masyarakat.
Got it, anything else?
Well, peningkatan jumlah penderita demam berdarah ini juga terjadi di mana-mana, guys. WHO menyebutkan bahwa ada peningkatan delapan kali lipat jumlah kasus demam berdarah secara global yang terjadi dalam dua dekade ini. Hal ini karena climate crisis nggak cuma nyebabin Nyamuk Aedes aja yang berkembang, melainkan nyamuk-nyamuk lain seperti Zika dan Chikungunya juga diperkirakan bakal makin menyebar dan punya dampak yang lebih besar buat kesehatan manusia.