Nobody saw it coming.. the next threat comes from a superbug...
Pernah enggak kebayang di tengah hari yang cerah dan kerasa baik-baik aja, tiba-tiba kamu terkontaminasi sama jamur yang mematikan? Hal ini mungkin kedengeran kayak fiksi ilmiah yang menegangkan, BUT, it's real gaes. Dunia saat ini lagi menghadapi ancaman superbug dari spora jamur mikroskopis yang hidup dalam tubuh kita bernama Coccidioides.
Tell me about it.
Okay, kesaksian dari dua pasien laki-laki bernama Torrence Irvin dan Rob Purdie mungkin bakal bikin kamu merinding, sih. Keduanya enggak sengaja menghirup jamur Coccidioides ketika berada di luar rumahnya. Soon after, Irvin kehilangan berat badan drastis dan paru-parunya rusak. Sedangkan Purdie harus disuntik dengan obat beracun seumur hidup karena infeksi jamur yang menyerang otaknya. Selain itu, menurut Purdie yang juga jadi founder nirlaba MYCare yang mengedukasi dan mendorong penelitian tentang jamur, 3% jamur yang menginfeksi tubuh seseorang ini bakal berpindah ke tempat-tempat dalam tubuhnya mulai dari paru-paru ke kulit, tulang ke sendi-sendi, atau lokasi aneh kayak bola mata, gigi, juga jari kelingking.
That's scary...
Iya gaes, emang serem banget. Nyatanya sekarang dunia tuh lagi terancam dengan makin banyaknya kasus-kasus infeksi akibat jamur yang efeknya bisa sampai menyebabkan kematian. Perkiraan global baru-baru ini nunjukkin kalau ada 6,5 juta infeksi jamur invasif dan 3,8 juta kematian per tahun. Merespons situasi ini, WHO udah mendaftarkan 19 spesies jamur resisten sebagai prioritas kritis, tinggi, atau menengah untuk kepentingan pengembangan obat baru. And guess what, jamur Coccidioides yang menginfeksi Irvin sama Purdie termasuk di dalam daftar prioritas itu.
Jamur apa aja yang mematikan?
Okay, WHO punya daftar empat parasit jamur yang jadi prioritas utama penelitian dan pengembangan obat baru mereka. Pertama, Cryptococcus neoformans yang bisa memicu 61% kematian karena meningitis. Kedua, Aspergillus fumigatus yang merusak paru-paru dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain. Ketiga, ada Candida auris yang resisten ke 14 pengobatan fungisida dan bisa menempel erat ke plastik dan kulit manusia. Terus yang keempat ada Candida albicans yang hidup dalam jumlah kecil di kulit, mulut, tenggorokan, usus, juga vagina tapi bisa invasif kalau terganggu sama antibiotik atau imunosupresan.
God, sounds like a nightmare...
Yes, emang harus selalu hati-hati guys, soalnya obat buat infeksi jamur ini juga belum banyak. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) perbandingannya gini: angka kematian akibat bakteri superbugs itu bisa mencapai 4,7 juta per tahun, tapi jenis pengobatan antibiotiknya ada sampe ratusan. Meanwhile, kematian akibat jamur bisa mencapai 3,8 juta, tapi obat antijamur yang bisa digunakan hanya 17 jenis aja.
Kok bisa jomplang banget gitu?
Soalnya susah bikin obat yang bisa bunuh jamur tanpa menyakiti manusia yang terjangkit, gaes. Menurut profesor kedokteran di University of Pittsburgh, Dr. Neil Clancy, sejauh ini obat yang digunakan untuk membunuh jamur paling baik bereaksi dengan sel ginjal manusia, efeknya bisa memicu gagal ginjal. Selain itu, obat antijamur lain bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan kayak, impotensi, pankreatitis, kerusakan hati, sampai reaksi alergi parah.
:( Terus ngobatinnya gimana dong?
Well, para spesialis bilang kalau infeksi jamur ke orang yang sehat bisa diatasi dengan pengobatan antijamur, apalagi jika terdeteksi sejak dini. Tapi, menurut CDC, mereka yang paling rentan sama infeksi jamur invasif adalah orang yang punya imunitas lemah karena HIV/AIDS, efek kemoterapi, atau pernah melakukan transplantasi organ. Selama beberapa dekade sebelumnya, penyakit jamur biasanya ditemuin pada petani atau pekerja luar ruangan di daerah gurun dan lembah kering kayak di Arizona, California, Nevada New Mexico, juga Texas. Tapi, fakta kalau Irvin sama Purdie setiap hari kerja di dalam ruangan tapi bisa kena penyakitnya jadi bikin situasi makin horor. Dari mana mereka bisa menghirup jamur beracun itu coba?
So, the one to blame is...
Yes, climate crisis. Menurut penelitian ilmiah, maraknya penularan jamur beracun ini juga bisa meningkat kemungkinan karena krisis iklim yang udah makin parah sekarang. Kasus kebakaran hutan di mana-mana menghasilkan badai debu yang menyebarkan jamur mikroskopis ke tempat yang jauh dari asal berkembangbiaknya. Penelitian bahkan memprediksi kalau penyebaran kasus infeksi kokus atau jamur ini bakal meningkat sampai 50% di 2100 mendatang. Siapa aja bisa terjangkit dan efek yang fatal dan mengancam nyawa. Kokus di masa depan mungkin bisa kita hirup di mana aja dan kapan aja. Bener-bener, definisi silent killer in disguise.