When everyone keeps talking about: All Eyes on Papua....
What’s happening there?
Hiks. Dunia emang lagi nggak baik-baik aja, guys. Banyak masalah di dunia ini yang terjadi gara-gara… Ulah manusia. Iya, belum kelar sama genosida yang terjadi di Gaza sampai semua orang pada heboh dengan hashtag #AllEyesonRafah, here at home, masalah di dalam negeri belakangan juga turut jadi perhatian netizen. Khususnya soal konflik yang terjadi di Ujung Timur Indonesia, Papua. So now, All Eyes are On Papua
Tell. Me. Everything.
That’s why we’re here for. Jadi gini guys, kamu pasti paham dong bahwa Tanah Papua itu adalah satu dari banyak wilayah di Indonesia yang masih kental banget sama masyarakat adatnya. Masyarakat adat di Papua ini biasa memenuhi basic needs mereka dengan memanfaatkan hasil hutan, guys. Mereka tinggal di sana, terus dapet makan ya dari situ, dan dapat pasokan air juga dari situ. Bahkan, obat-obatan pun bisa didapet di hutan. But at the same time, masyarakat adat di sana diketahui juga getol banget menjaga hutannya, gengs, jadi terawat puoll lah itu hutan.
Okay...
But the thing is, buat orang-orang yang mindset-nya “Cuan cuan cuan”, of course hutan Papua nggak bisa dibiarkan begitu saja dong. Iya, oleh PT Indo Asiana Lestari, hutan yang terletak di Kabupaten Boven Digoel, Papua Selatan disebut bakal segera dibabat abis dan dijadikan perkebunan kelapa sawit, guys. Nggak cuma itu, ada juga PT Sorong Agro Sawitindo yang juga ngebabat abis hutan di Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya, buat dijadikan… kebun kelapa sawit.
Gila!
We know rite. Di Kabupaten Boven Digoel sendiri, diketahui at least ada 36 ribu hektar hutan yang bakal dibabat. Terus kalau yang di Sorong, ada 18 ribu hektar yang bakal abis, guys. Kebayang kan se-chaos apa dampak lingkungannya di sini. Tapi ironisnya, pemerintah provinsi Papua justru kasih izin pembangunan kebun sawit ini, guys.
Nggak mau suuzon tapi ini negara +62…
If you know you know :)))). Well, selain dampak lingkungan, yang pemerintah dan company itu skip dari pembabatan hutan ini adalah, di hutan itu, ada juga masyarakat adat yang tinggal di sana, guys. Ada Suku Awyu di Kabupaten Boven Digoel dan Suku Moi di Kabupaten Sorong. Lantas, atas semua aksi arogan ini, apakah mereka diam aja? Of course not.
So, what are they doing?
Well, Senin minggu lalu, masyarakat Suku Awyu dan Suku Moi effort banget berangkat jauh-jauh dari Papua ke Jakarta demi menggelar aksi damai di depan gedung Mahkamah Agung RI. Mereka jauh-jauh dateng minta MA biar membatalkan izin perusahaan sawit di wilayah mereka, bantu memulihkan hak-hak mereka sebagai masyarakat adat, dan juga supaya MA bisa menyelamatkan hutan Papua.
Kasian jauh-jauh ke Jakarta…
Ya gimana. Di Papua, orang-orang Suku Awyu dan Suku Moi diwakili oleh Hendrikus ‘Franky’ Woro nih udah dari tahun lalu bolak-balik pengadilan, guys. Tapi yang terjadi adalah, di tingkat pertama dan kedua, gugatan Hendrikus tetap ditolak. Nah, karena gugatannya ditolak, maka berangkatlah dia ke Jakarta dan langsung menyampaikan kaasasi ke Mahkamah Agung. Sampai berita ini ditulis, belum ada keterangan apapun dari pihak Mahkamah Agung nih.
Padahal ini isu yang genting lo….
YAKAN. Makanya sekarang netizen rame banget ngomongin “All eyes on Papua”. Kamu udah upload story-nya belom? Well, kalau belom, mungkin statement Hendrikus yang ini bisa meyakinkan kamu. Katanya begini, “Kami ingin hidup aman dan damai. Kami berjuang tentang harkat dan martabat manusia, jati diri. Kami mau hidup di hutan aman, cari makan bebas, tidak mau konflik. Coba lihat di lapangan, apa yang saya perjuangkan ini kebenaran."
Semoga bisa happy ending pls. Anything else?
Jadi ya intinya gitu, guys. Intinya kita kudu bener-bener melek nih sekarang. Eyes on Rafah, juga eyes on Papua. Apalagi kita tahu, isu sawit ini erat banget sama isu kerusakan lingkungan yang we cannot take anymore. Iya, males banget kalo negara kita terus-terusan kontribusi ke climate crisis kan, jadi yuk start by... updating your story!