Aksi Protes Mahasiswa Yogyakarta

Admin
UTC
1 kali dilihat
0 kali dibagikan

Now on, rame-rame Gejayan Memanggil…

Aksi protes mahasiswa Yogyakarta di tengah masa tenang.
Siapa sih yang tenang di masa tenang ini? Engga ada ya. Kamu gundah gulana karena abis nonton Dirty Vote, teman-teman mahasiswa di Universitas Gadjah Mada (UGM) juga resah sama kondisi negara saat ini hingga kemarin, mereka menggelar aksi demonstrasi mahasiswa ‘Gejayan Memanggil’. Yep, setelah sebelumnya para guru besar dan akademisi UGM memelopori kritik terbuka soal kemunduran demokrasi yang terjadi di era pemerintahan Jokowi, sekarang giliran para mahasiswa di Yogyakarta nih yang turun ke jalan buat terus melanjutkan kritik tersebut.

Wait-wait,
 emang boleh demo di masa tenang?
Kenapa nggak boleh? Di Pasal 27 Ayat (4) Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2023 tuh disebutin kalo peserta pemilu dilarang melaksanakan kampanye pemilu dalam bentuk apapun selama masa tenang. Jadi yang dilarang selama hari Minggu sampe hari ini tuh ya kegiatan-kegiatan kampanye aja, guys. Kalo demo, menyuarakan aspirasi, dan mengkritik pemerintah mah masih bisa-bisa aja ygy.

Got it. Btw
Gejayan Memanggil kemarin soal apa deh?
Yah mirip-mirip sama gelombang kritik 20 perguruan tinggi se-Indonesia soal kemunduran demokrasi di era Presiden Jokowi, aksi Gejayan Memanggil kemarin juga memprotes nasib demokrasi Indonesia yang semakin mundur dan berbagai dugaan kecurangan dalam proses pemilu 2024 ini. Yah you can name it lah, drama-drama putusan MK sampe penyaluran bansos emang jadi beberapa hal yang diduga merupakan kecurangan politik yang dilakukan Presiden Jokowi.

Terus kenapa di Gejayan?
Well, emang sih di sekitar Gejayan tuh nggak ada gedung-gedung instansi pemerintah macem kantor Wali Kota, gedung DPRD, atau kantor Gubernur gitu, guys. Yang ada di sana justru semacam sektor perekonomian kayak pasar, toko cat, tempat makan, sampe beberapa bangunan milik kampus-kampus yang ada di Jogja. Cuma tempat ini legend banget dan jadi monumen perlawanan mahasiswa terhadap Presiden Soeharto pada 1998 silam. Terus tempat ini juga jadi lokasi yang dinilai paling strategis di antara kampus-kampus kayak UGM, UNY, UIN, sampe Sanata Dharma, buat kumpul dan ngadain aksi serentak.

So
 gimana aksi kemarin?
Well, aksi kemarin berjalan lancar banget, guys. Massa aksi yang mengatasnamakan diri sebagai Jaringan Penggugat Demokrasi (Jagad) ini awalnya berkumpul di bunderan UGM yang terletak tepat di depan pintu masuk UGM. Sekitar pukul tiga sore, massa kemudian bergerak ke arah timur menuju pertigaan Gejayan di mana titik aksi dipusatkan. Massa aksi Gejayan Memanggil juga pada bawa poster, spanduk, sampe replika guillotine alias alat pancung juga ada.

HAH, siapa yang mau dipancung???
Eh nggak, guys. Alat pancung ini tuh buat aksi teatrikal aja gitu. Jadi di tengah orasi temen-temen mahasiswa, ada aksi teatrikal di mana massa aksi membawa sosok bertopeng Jokowi ke dalam lubang replika guillotine di atas mobil komando. Humas Jagad bernama Sana Ulaili menjelaskan kalo maksud penggunaan replika alat pancung ini ditujukan untuk simbolisasi hukum pancung bagi rezim yang melanggengkan nepotisme, keserakahan, dan patriarki.

But, what do they want?
Jadi massa aksi Jagad membawa total sebelas tuntutan pada aksi Gejayan Memanggil kemarin. Mulai dari revisi UU Pemilu dan partai pemilu oleh badan independen, tuntutan untuk mengadili Presiden Jokowi dan kroni-kroninya, menuntut permintaan maaf dari kaum intelektual dan budayawan yang dukung politik dinasti, menstop politisasi bansos, mencabut UU Ciptaker dan Minerba, memberikan hak menentukan nasib sendiri, menghentikan perampasan tanah, menjalankan pengadilan HAM, pendidikan gratis, dan mengesahkan UU Perlindungan Pembantu Rumah Tangga.

I see…
Terkait aksi ini, banyak pihak juga yang bilang bahwa aksinya ditunggangi kepentingan politik. Hal ini langsung ditampik oleh Mbak Sana secara tegas bilang kalo hal itu nggak mungkin terjadi. In her words, Mbak Sana ada bilang gini, “Kita tidak sedang kampanye 04, kita tidak sedang kampanye 05, tapi kita sedang mengampanyekan saatnya kita kritis, saatnya turun jalan, untuk menghentikan tirani Jokowi, memberikan pengadilan HAM kepada Jokowi, menghukum sekeras-kerasnya Jokowi dan orang-orang yang ada di sekitarnya.”


Ok noted. Anything else?
Kamu perlu tahu nih kalo sehari sebelum dilaksanakannya aksi Gejayan Memanggil, beredar surat dari Kapanewon atau Kecamatan Depok, Sleman yang berisi himbauan masyarakat menggerakan personil jaga warga di setiap mulut-mulut gang di wilayah tersebut. Di dalam surat tersebut tertulis kalo hal ini perlu dilakuin karena ada potensi kerawanan yang bisa menimbulkan risiko ganguan ketertiban di tengah masyarakat. Hal ini ofc disesalkan massa aksi, salah satunya bernama Nugroho Prasetyo yang menilai lewat surat tersebut, mahasiswa seolah musuh masyarakat. Padahal para mahasiswa ini juga mau bersinergi bersama masyarakat dan merupakan bagian dari masyarakat.

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.