Admin
UTC
1 kali dilihat
0 kali dibagikan
Now, let’s go back down the memory line…
Ke tahun 2020.
2020, ingetnya apa guys selain pandemi Covid-19? Dalgona? orang minum cairan pembersih? Konser banyak yang di-cancel? Yahhh pokoknya something yang related to pandemi lah ya. We got it. Tapiiiii bukan negeri Wakanda nih namanya kalo ga ada yang satu itu. Iyaaa, itu tuh. Korupsi. HEHEHE.
IH apasi.
Iya, jadi baru aja minggu ini, diketahui Komisi Pemberantasan Korupsi aka KPK lagi menyelidiki kasus dugaan korupsi pengadaan Alat Pelindung Diri aka APD Covid-19 di Kemenkes. Ga tanggung-tanggung guys, nilai proyek APD ini mencapai Rp3,03 triliun.
BUSET.
Goks kan? Jadi gini, ngomongin pandemi, kamu tentunya masih inget sama mendadak penting bangetnya APD, aka Alat Pelindung Diri. APD alias baju hazmat yang juga sempet langka di awal-awal pandemi kemarin tuh punya peran penting banget, guys. Yep, para nakes pada saat itu bener-bener butuh APD buat mencegah penularan Covid-19 selama mereka melakukan perawatan terhadap pasien Covid-19. Nggak cuma para nakes yang ada di rumah sakit doang, APD ini tuh juga dipakai sama para sopir ambulans, satgas Covid-19 yang semprot-semprot desinfektan, sampai para nakes yang ngasih vaksin.
Ok terus-terus.
So, emang sepenting itu peran APD pas saat pandemi kemarin. But you know, ternyata ada pihak-pihak yang nggak ngotak justru diduga ngelakuin tindakan korupsi dari pengadaan APD Covid-19 di lingkungan Kemenkes. Yep, hal ini juga legit disampein pada hari Jumat kemarin sama jubir penindakan dan kelembagaan KPK, Ali Fikri yang bilang bahwa nilai proyek pengadaan APD yang dikorupsi sebanyak Rp3,03 triliun untuk lima juta set APD pada tahun anggaran 2020-2023.
Astagfirullah.
Emang perlu banyak-banyak istigfar sama ulah para koruptor tuh. Soalnya kata Pak Ali, kasus ini tuh udah ngerugiin negara sampai ratusan miliar. Jumlah ini juga masih sangat mungkin buat berkembang lagi mengingat sampai berita ini ditulis, proses penyidikan juga masih berlangsung. Lebih lanjut, pihak KPK juga bakal menjerat para tersangka dengan Pasal 2 dan 3 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Kasih tau ke kita siapa aja tersangkanya?
Well kalau soal ini, Jumat kemarin, wakil ketua KPK bernama Alexander Marwata bilang kalau tuh KPK udah menetapkan tersangka dalam kasus ini. Meskipun gitu, pihak KPK baru akan mengumumkan identitas para tersangka ketika udah dilakukan penahanan. Namun yang pasti, KPK sekarang udah mencegah beberapa orang untuk keluar negeri dulu nih dalam kaitanya sama kasus korupsi ini. Mereka ini adalah dua ASN bernama Budi Sylvana dan Hermansyah, dua pihak swasta bernama Satrio Wibowo dan Ahmad Taufik, serta seorang advokat bernama Isdar Yusuf.
Remember. Their. Names.
Iya banget, guys. Terlebih di sana juga ada nama Budi Sylvana yang pada tahun 2020-2021 menjabat sebagai kepala pusat krisis Kemenkes. Pak Budi yang juga pernah menjadi penjabat pembuat komitmen yang belum lama ini juga digugat secara perdata sama PT Permana Putra Mandiri pada bulan Juni lalu. Di situ, Pak Budy diduga melakukan ingkar janji alias wanprestasi dalam pembelian APD.
Haduh, terus dari Kemenkes ada bilang apa nih?
Nah kepala biro komunikasi dan pelayanan publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi bilangnya kalau sebenernya Kemenkes tuh punya pengaturan pencegahan kasus korupsi internal. Tapi yha gitu, masih aja ada beberapa pihak yang nggak bertanggung jawab menyalahgunakan wewenangnya untuk korupsi. Ibu Nadia juga bilang kalau kasus ini akan jadi evaluasi untuk terus meningkatkan upaya Kemenkes untuk mencegah praktek korupsi.
Pak BGS-nya ada komen ga ni?
Ada dong. Sabtu kemarin, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bilang bahwa kasus korupsi ini tuh terjadi bukan pada saat dirinya menjabat. Pak BGS sendiri juga sebenernya udah mengendus adanya jejak pembelian yang nggak sesuai sama harga aslinya. So dari situ, Pak BGS dan pihak Kemenkes mendukung penuh segala tindakan penegakan hukum yang sekarang ini sedang diproses.
Sebelum Pak BGS kan Dokter Terawan…
Yep, emang pas awal pandemi kemarin tuh, jabatan Menteri Kesehatan sempat diisi oleh Dokter Terawan sebelum akhirnya diganti sama Pak BGS pada Desember 2020. Hal ini juga legit disampaikan Ibu Siti yang bilang kalau korupsi ini terjadi sebelum Pak BGS menjabat. Dari tahun anggaran yang disebutkan Pak Ali sebelumnya juga mengarah pada era Dokter Terawan ketika menjadi Menkes. Tapi yang jelas sih, sampai sekarang sih belum ada nama Dokter Terawan dalam kasus korupsi ini.
JAHAT banget sumpah korupsi pas lagi bencana 🙁
Yaaa emang gitulah koruptor di negeri Wakanda. Penemuan ini juga seolah ngingetin kita sama korupsi dana bantuan sosial Covid-19 yang dilakukan pas lagi pandemi juga, dan melibatkan mantan Mensos Juliari Batubara. Nah yang perlu kamu ingat adalah, sejak 2020 itu udah santer diberitakan bahwa korupsi pas lagi masa darurat bencana bisa berpeluang dijatuhi hukuman mati.
W dukung sih jujur. Anything else?
Since Pak BGS menjabat sebagai Menkes, emang ada beberapa kebijakan yang diambil untuk mencegah adanya korupsi, guys. Mulai dari proses pengadaan yang wajib dilakukan via e-catalogue buat mencegah adanya mark up harga sekaligus menjamin transparansi harga. Pengadaan juga dilakukan lewat satu pintu via unit pengadaan. Jadi yha supervisi bisa lebih gampang dilakukan.