20 Perguruan Tinggi Mengalami Intimidasi

Admin
UTC
3 kali dilihat
0 kali dibagikan

Now, everything you need to know about… the beef between Jokowi and akademisi

Termasuk spall-spill intimidasi
Makin deket pemilu, makan panas aja kondisi di NKRI ini ya, guys. Kini, the beef muncul antara para akademisi dan Presiden Joko Widodo, di mana udah ada 20 perguruan tinggi yang melayangkan kritiknya terhadap pemerintahan Joko Widodo. Nah seiring kritik yang dilayangkan itu pula, perguruan tinggi ini disebut mengalami intimidasi, guys. Sampai melibatkan aparat kepolisian. Yang terbaru, banyak banget para akademisi yang ditekan harus bilang, “Jokowi itu baik.”

WHAT??? Tell. Me. Everything. 
Sure. Jadi gini ceritanya, guys. Semua ke-chaos-an ini tuh bermula dari statement-nya Presiden Jokowi beberapa waktu lalu. Yep, kamu masih inget dong ada statement-nya Pak Jokowi yang bilang bahwa “Presiden dan menteri itu boleh memihak dan ikut kampanye.” Di sini tersirat Pak Jokowi tuh memihaknya ke 02, alias pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, alias memihak anaknya sendiri ehehehe.

Ada anak bertanya pada Bapaknya…
Pak, bolehkah aku jadi wakil presiden? Wkwkwkwkwk. On a serious note, statement Pak Pres ini kan kemudian nge-trigger banyak pihak ya, guys. termasuk dari kalangan akademisi, lengkap dengan seluruh sivitas akademikanya. Kayak, gimana sih?? Negara kita negara demokrasi tapi udah kayak dinasti aje nihh, gitu kan. That being said, berbagai universitas di seluruh Indonesia akhirnya melayangkan kritikannya terhadap pemerintah. Rame banget, bahkan per kemarin, udah ada 20 perguruan tinggi yang melayangkan kritikannya.

WOW…
Yep, kampusnya tuh mulai dari UI, UGM (WOEE UGM bgt nie?), Unpad, UII, Unair, terus UMS, dll guru besar mereka tuh pada kumpul dan menyerukan kritik dan tuntutannya. Ambil contoh kayak di UMS misalnya, aka Universitas Muhammadiyah Surakarta. Salah satu guru besar Fakultas Hukum UMS, yang juga Mantan Ketua Komisi Yudisial, Aidul Fitri Ciada Azhari menyatakan kondisi sekarang tuh sangat memprihatinkan dan sangat mengancam masa depan demokrasi di negeri kita. That being said, Senin kemaren nih, Prof. Aidul bareng segenap sivitas akademika UMS membacakan delapan maklumat mereka deh.

Gimme all the details….
In a nutshell, maklumat ini isinya adalah tuntutan agar para elite politik dan pejabat balik ke nilai-nilai demokrasi, supaya Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia bisa terwujud. Bukan malah berjuang buat dapetin kekuasaan. Nggak cuma itu, maklumat ini isinya juga menuntut pemerintah untuk nggak menyalahgunakan hukum buat kepentingan politik, yang buat menuhin kepentingan pribadinya doang. Secara, menurut mereka, Presiden tuh harusnya netral kan. Jadi stop deh menyalahgunakan banyak hal buat melanggengkan kekuasaan.

Wadawwww….
At this point, kamu pasti bertanya, “Motifnya tuh apa sih rame-rame kampus  pada kritik Jokowi?” Apakah ada udang dibalik bakwan? Apakah ini ada kaitannya sama Pemilu, dll? Well, in case you have the same concern, let’s hear it from UGM dan UII ygy. Disampaikan langsung oleh Rektor Universitas Islam Indonesia. Fathul Wahid, kritik ini muncul atas kesadaran kolektif, guys. Ya karena simply mereka ngeliat ada masalah, nggak bisa dibiarin lagi, terus BOOM! Pecah semuanya. Jadi ya nggak ada kaitannya sama Pemilu. Atau bahkan ngeliat akademisi ini sebagai kelompok partisan. Nggak gitu, guys.

Okey….
Hal yang sama juga diungkap Ketua Dewan Guru Besar UGM, Prof. Koentjoro. Menurut Prof. Koentjoro, guru besar adalah pemikir bangsa yang punya tugas untuk ngejaga marwah moralitas. Makanya lewat kritik ini, pemerintah termasuk Presiden Joko Widodo tuh diingetin gitu lo. Diingetinnya juga dengan cara yang baik. Apalagi Pak Jokowi kan juga Kagama, alias Keluarga Gajah Mada. Terus Capres Cawapres juga ada yang Kagama. In that sense, kalau ada yang menganggap para akademisi ini partisan tuh, kayak nggak make sense aja menurut mereka.


Bentar. Partisan-partisan apaan si?
Itu kalau kata pihak Istana, guys. Yep, jadi menanggapi segala ribut-ribut kritik dari puluhan kampus ini, Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana menyebut kritik begitu tuh adalah vitamin buat melakukan perbaikan for the sake of better democracy, guys. Jadi segala perbedaan pendapat, perspektif, dan pilihan politik tuh ya sah-sah aja. Namanya juga demokrasi, katanya gitu. Termasuk bikin narasi politik buat kepentingan elektoral, sebagai bagian dari strategi politik partisan, ya sah-sah aja kalau kata Pak Ari.

Nggak sampai di situ, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia juga menyebut kritik yang disampaikan para guru besar ini nggak lain nggak bukan merupakan skenario, guys. Skenario yang sengaja diciptakan oleh pihak tertentu, katanya. In his words, gini nih kata Pak Bahlil, “Ini skenario, kita sudah paham sebagai mantan aktivis. Mana ada politik tidak ada yang ngatur-ngatur,” katanya gitu.
 
Pantesan namanya Bahlil…
EHEHEHEH Wait until you hear about: Nggak cuma dibilang partisan dan skenario, para akademisi yang melayangkan kritik ini juga mengalami intimidasi, guys. Ambil contoh kayak di UI, misalnya. Ketua Dewan Guru Besar UI, Harkristuti Harkrisnowo bilang pihaknya tuh udah dikirimin pesan WhatsApp dari so called alumni mereka, guys. Si alumni yang diketahui sekarang jadi aparat itu protes kenapa UI ikut-ikut UGM, UII, dll. Instead, “Kenapa nggak langsung ke pejabat aja dan nyampein ide-ide” katanya gitu. Terus direspons kan sama Prof. Tuti, “Capek-capek belajar hukum….” WKWKWKWK.
 
Terus terus? 
Nah speaking of aparat yang melakukan intimidasi, ada lagi nih yang nge-spill terkait hal ini, guys. Datangnya dari… The one and only, kuncen A1 dari semua spall-spill pemerintahan, mantan Menko Polhukam yang juga Cawapres nomor urut 03, Prof. Mahfud MD. Disampaikan Prof. Mahfud dalam rangkaian kampanyenya Senin kemaren, ada laporan yang masuk yang intinya sejumlah rektor tuh diminta bikin testimoni terkait pemerintahan Presiden Jokowi. Bukan sembarang testimoni, testimoni yang dimaksud di sini tuh isinya harus yang baik-baik aja, gengs. Kayak Jokowi baik, pemerintahannya baik, pemilu baik, dll. Dan yang minta begitu, ya aparat :))).

DIHHHH…
Adapun salah satu yang ngalamin hal ini adalah Rektor Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Ferdinandus Hindarto. Dalam pengakuannya, Pak Hindarto bilang dia dapet WA dari Polrestabes Semarang yang dapat instruksi dari Polda Jawa Tengah. Nah lewat WA itu, Pak Hindarto menyebut dia ditekan untuk bikin video yang isinya testimoni pemerintahan Presiden Jokowi bagus, guys. Dianyepin dong sama Pak Hindarto. Terus nggak lama itu aparat nelpon lagi. Gituuu terus tapi tetep dianggurin sama Pak Hindarto. Itu aparat bahkan juga ngirimin video dari rektor lain, kayak bikin aja begini pakkk wkwk. Nggak dijelasin sih rektor dari univ mana aja. Yang jelas, itu video udah kesebar di berbagai platform kayak di TikTok dan juga media massa. Sampai berita ini ditulis, belum ada keterangan apapun dari pihak kepolisian. Either itu dari Polda Jawa Tengah, Polrestabes Semarang, atau Mabes Polri sekalipun.

Terus gimana dong tuh?
Jadi ya gitu, guys. Prof. Mahfud bilang sejauh ini udah ada 59 universitas yang menyatakan sikapnya siap mengawal Pemilu 2024. Dan intervensi, tekanan, dan intimidasi yang dihadapkan ke para rektor ini sebenernya juga ngga gitu ngefek, kata Prof. Mahfud karena nggak semuanya mau disetir juga kan. Beliau menyebut, masih ada juga kok yang mau menyuarakan pemerintahan beretika. In that sense, “Semakin perguruan tinggi ditekan, gelombang gerakan bakal makin kenceng juga.”


Tuh dengerin hey. Anything else? 
FYI dari tadi ngomongin gelombang kritik yang dilakukan sivitas akademika, kamu harus tahu nih guys kalau kita tuh punya sejarah terkait hal ini. Yep, jaman Orde Baru di mana para akademisi rame-rame menyampaikan keresahannya di era Presiden Soeharto dan end up bikin mahasiswa jadi unjuk rasa turun ke jalan. Nah menurut sejarawan Andi Achdian, krisis begitu yang sekarang kejadian lagi, guys. Tapi ya nggak bakal semasif ‘98 juga sih. Karena kalau di ‘98, kan krisis politiknya juga diikuti sama krisis ekonomi kan. Yang bikin lebih banyak masyarakat akhirnya ke-trigger. Meanwhile, sekarang, Presiden Jokowi kan aktif bagi-bagiin bansos. Jadi masyarakat ya nggak bakal ada krisis ekonomi yang bikin krisis jadi semakin meledak deh, guys.

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.