Krisis Pangan di Korea Utara

Admin
UTC
0 kali dilihat
0 kali dibagikan

Who’s craving for some food?

North Korea. 
Gara-gara masalah krisis pangan yang katanya sih, makin memburuk sejak pandemi COVID-19.

Oh no 🙁 Tell me. 
Well, masalah soal krisis pangan di Korea Utara sekarang tuh udah makin parah, guys. Soalnya, sejumlah pejabat di sana emang udah siap-siap buat ngebahas kebijakan soal pertanian. And it was urgent they said. Bahkan, sampe muncul laporan (yang belum dikonfirmasi) kalo sejumlah warga Korut meninggal akibat kelaparan. Sementara kalo dari pihak ahli sih bilang masih belom ada tanda-tanda adanya kematian massal atau kelaparan.

Separah apa, sih? 
To be honest, parah banget. Kantor berita Korsel, Yonhap melaporkan bahwa sekitar 700 narapidana di tiga penjara pedesaan Korut, termasuk di Kaechon, meninggal gara-gara kelaparan dan terkena penyakit selama dua tahun terakhir. Terus, surat kabar Dong-a Ilbo juga melaporkan bahwa Korut mengurangi jatah makanan harian tentaranya, pertama kalinya sejak tahun 2000.

Lah, terus masalah pangannya gimana? 
Ini masih jadi permasalahan paling penting sih buat Korut. Soalnya, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) aja bilang kalo Korut tuh kekurangan pangan sekitar 860 ton pada tahun ini. Apalagi, masalah kelembapan tanah dan banjir yang mengakibatkan hasil panen gagal, bikin krisis pangan di sana makin parah. Tapi, bukannya mikirin gimana caranya meningkatkan hasil pertanian buat memenuhi kebutuhan pangan warganya, Kim Jong Un malah punya aturan ya yang bisa dibilang nyentrik gitu, deh.

Kayak apatu nyentriknya…
Pertama, Kim dikabarkan nyuruh pemerintah dan warganya buat mengembangbiakkan angsa hitam hias sebagai bahan pangan alternatif. Media pemerintah Korut sampe nge-encourage warganya buat makan daging angsa hitam. Katanya sih, rasanya enak dan ada manfaatnya buat pengobatan. Kedua, warga Korut juga diajak buat beternak kelinci buat memenuhi kebutuhan pangan mereka. Ketiga (this is one of a kind sih), kata seorang warga Korut, pemerintah sempet berkunjung ke rumah-rumah warga buat ngasih tau bahwa krisis pangan kemungkinan masih berlangsung sampe 2025. Karenanya, pemerintah meminta warganya berhemat dengan mengonsumsi makanan yang lebih sedikit sampe 2025.
 
OMG… 
Selain itu, pemerintah Korut juga diketahui memberikan hukuman buat warganya yang ketauan mencuri jagung, mulai dari hukuman kerja aja, sampe masuk ke kamp kerja paksa. Padahal, warga yang nyuri ini juga karena udah nggak kuat lagi menghadapi krisis pangan yang melanda negara itu. Soalnya, selama ini juga pemerintah kan ngambil 60 persen hasil tani, sementara petani cuma dapet 40 persen sisanya. Dan itu udah pasti nggak cukup buat menuhin kebutuhan sehari-hari, ditambah hasil tani di sejumlah daerah belakangan juga berkurang 20 persen. Saking parahnya lagi, pemerintah Korea Utara dilaporkan juga menjual beras jatah tentara ke warganya yang kesulitan bahan pangan.

Any helps? 
Since Korea Utara itu tertutup banget sama dunia luar, walaupun lagi ngenes-ngenesnya kaya gitu, Korea Utara masih bersikeras buat menolak bantuan dari luar. Bahkan, surat kabar resmi Korut, Rodong Sinmun, bilang kalo mengandalkan bantuan eksternal buat mengatasi kekurangan pangan tuh sama aja kaya makan permen beracun. Bahkan, di saat kondisi kaya gini, warganya juga didesak buat mandiri secara ekonomi dan kasih peringatan buat nggak menerima bantuan dari imperialis. Soalnya, mereka menganggap itu tuh jadi jebakan yang bakal mengganggu politik internal mereka.

Terus gimana, dong? 
Quite difficult sih pasti. Adapun think-tank soal Korut yang berbasis di AS, namanya 38 North udah kasih peringatan bulan lalu kalo Korut tuh lagi di ambang kelaparan. Ya ini karena banjir, topan, dan sanksi global atas program nuklirnya. Soalnya kan sebagian besar badan PBB dan kelompok bantuan Barat aja udah cabut dari Korut sejak pandemi. Makanya, Korut sekarang cuma ngandelin China buat bantuan pangannya. Bahkan katanya, Pyongyang tuh udah sempet minta bantuan ke Badan Dunia untuk Pangan (WFP) tapi masih no progress soalnya banyak perbedaan dalam proses pemantauan.


Anything else? 
Korut ternyata nggak cuma krisis pangan aja, guys. Mereka dikabarkan juga mengalami krisis uang kertas. Menurut laporan beberapa media, Bank Sentral Korut sampe harus mencetak kupon senilai sekitar US$1 (RP14 ribu) buat jadi pengganti alat transaksi warga. Bahkan, kupon yang dikasih nama Tonpyo itu, juga dipake buat menggaji pegawai. Kalo ini, penyebabnya sih karena Korea Utara masih belom terima kertas dan tinta yang dikirim dari China.

© 2025 Catch Me Up!. All Rights Reserved.